rameinaja.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan untuk memperpanjang gencatan dagang dengan China selama 90 hari, menjelang tenggat waktu yang mendesak. Keputusan ini bertujuan untuk menunda kenaikan tarif tinggi atas barang-barang dari China hingga pertengahan November.
Konteks Perang Dagang AS-China
Perpanjangan gencatan dagang ini muncul sebagai langkah krusial, mengingat bahwa tanpa adanya perpanjangan, tarif yang diterapkan oleh AS terhadap barang-barang China akan kembali naik ke level sebelum kesepakatan dibuat. Ketegangan tarif antara kedua negara ini semakin meningkat, dengan AS memberlakukan tarif umum sebesar 145% untuk impor dari China dan Beijing merespons dengan tarif 125% untuk barang-barang AS.
Sejak Mei, ketegangan ini mereda setelah pertemuan perunding berlangsung di Jenewa, yang menghasilkan kesepakatan untuk pemotongan tarif sementara. Langkah terbaru ini menarik perhatian, menyoroti kebijakan perdagangan Trump yang dinamis dan kadang kala tidak terduga.
Trump dikenal sering mengumumkan tarif tinggi yang kemudian bisa dibatalkan atau ditunda dalam waktu cepat, menciptakan kegamangan di kalangan pelaku bisnis mengenai kebijakan yang dapat berubah mendadak.
Sinyal Perdagangan Baru ke Beijing
Di tengah penundaan tarif ini, Trump mengirim sinyal baru kepada pemerintah Beijing dengan mendorong China untuk meningkatkan pembelian kedelai dari Amerika Serikat. ‘Ini juga merupakan cara untuk secara substansial mengurangi defisit perdagangan China dengan AS,’ katanya melalui unggahan di Truth Social.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan bahwa tarif impor yang tinggi tidak dapat dipertahankan dan berpotensi membawa kedua negara menuju embargo dagang. Dengan perpanjangan ini, diharapkan bisa menghindari situasi yang semakin membahayakan hubungan dagang kedua negara.
Dalam konteks ini, kerjasama dan konsesi dari pihak China menjadi sangat penting bagi keberlanjutan hubungan perdagangan yang sehat antara kedua negara.
Strategi Negosiasi Trump
Kelly Ann Shaw, mantan pejabat perdagangan Gedung Putih, menyatakan bahwa perpanjangan ini mencerminkan gaya negosiasi Trump yang sering mengambil keputusan di detik-detik terakhir. ‘Alasan utama jeda 90 hari ini adalah untuk meletakkan dasar bagi negosiasi yang lebih luas,’ ujarnya terkait perundingan yang melibatkan berbagai isu.
Ryan Majerus, mantan pejabat perdagangan AS, menambahkan bahwa langkah ini memberikan ruang bagi kedua negara untuk melanjutkan komunikasi. ‘Ini dapat menurunkan ketegangan sambil mencari kerangka kesepakatan yang lebih permanen,’ ungkapnya.
Kesempatan ini bisa menjadi momen penting untuk kedua negara dalam mencari solusi atas permasalahan yang kompleks dalam hubungan perdagangan mereka.